Thursday, September 12, 2013

" Ratusan SD di Depok Tak Punya Perpustakaan "

Ratusan sekolah dasar negeri (SDN) di Depok belum memiliki ruang perpustakaan. Para murid kesulitan mendapatkan buku yang dibutuhkan, sehingga minat baca siswa SD sangat minim.
Kepala SDN Sukmajaya III, Amaliah, mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kekurangan fasilitas itu. Akhirnya, mereka hanya bisa memakai lemari kelas untuk menyediakan buku bagi siswa. "Tapi lemari itu terbatas, padahal buku bervariasi akan menunjang niat baca mereka," kata Amaliah kepada Tempo, Kamis, 12 September 2013.

Buku yang saat ini ada di setiap lemari kelas sangat sedikit, hanya buku yang berkaitan dengan mata pelajaran seperti modul dan lainnya. Sementara buku-buku untuk mengembangkan kreatifitas berpikir mereka sangat kurang.

"Sebenarnya sudah banyak sekali yang menawarkan buku yang bagus, tapi tak ada tempat," katanya. Menurut Amaliah, minat baca siswanya sebenarnya tinggi, tapi minat mereka tidak mampu difasilitasi lantaran buku yang kurang. "Banyak yang ingin baca, tapi buku yang mereka cari enggak ada," kata dia.

SDN Sukmajaya III, memiliki banyak alumni yang perhatian. Kebanyakan mereka sudah sukses dan ingin sekolah itu juga maju. Karena itu, ia meminta pemerintah untuk membangun dua lokal ruangan yang masih tertunda. "Kami harap dua ruangan yang rencananya dibangun cepat direalisasi agar satu dijadikan perpusatakaan."

Menurut Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pendidikan TK dan SD Kecamatan Pancoranmas Eneng Sugiarti, hampir separuh dari seluruh gedung SDN di Depok tidak memiliki ruang perpustakaan. Kalaupun ada perpustakaan, banyak di antara ruangan itu telah beralih fungsi menjadi gudang ataupun ruang kelas baru. Persoalan ini sudah lama terjadi dan tidak mendapatkan perhatian serius dari dinas," katanya.

Data yang dimilikinya, dari 40 bangunan SDN di Kecamatan Pancoranmas, baru ada 14 SDN saja yang memiliki perpustakaan yang telah sesuai dengan standarisasi. Sedangkan 16 SD Negeri lain tak punya perpustakaan, dan 10 lainnya memiliki ruang perpustakaan yang tidak layak. "Bukan saja di kecamatan kami, hampir seluruh sekolah yang ada di kecamatan lain belum ada ruang perpustakaan," kata dia.

Menurut dia, selain sebagai upaya peningkatan minat baca siswa, perpustakaan juga berfungsi sebagai sarana siswa untuk mencari tugas. Misalnya saja, jika mereka harus mencari rangkuman atau kliping, seharusnya bisa dicari di perpustakaan. "Perpustakaan itu sangat penting," katanya. Jangan sampai, kata dia, banyak sekolah yang menjual buku ke siswa setiap ada kebutuhan, hanya karena tidak ada perpustakaan.

Melihat kondisi demikian, pihaknya berencana mengajukan bantuan ke Disdik dalam membangun perpustakaan. Namun tidak semua SDN bisa diajukan untuk mendapatkan bantuan tersebut. Hanya sekolah yang memiliki lahan seluas 7 X 8 meter saja yang di dahulukan. Sedangkan yang tidak memiliki lahan, diajukan pembangunannya pada penambahan bangunan. "Sudah ada draf pengajuan itu ke Disdik yang kami berikan," ujarnya. Dia berharap, upaya mereka itu bisa meningkatkan minat baca siswa di Depok.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Herry Pansila mengatakan, saat ini setidaknya ada 52 persen sekolah yang belum memiliki perpustakaan. Dari 282 SDN yang ada, 146 diantaranya belum memiliki ruang perpustakaan. Hal itu disebabkan belum adanya sistem pendataan yang benar ketika peralihan Depok dari Kabupaten Bogor. "Perkiraannya 52 persen dari jumlah sekolah. Persoalannya, kami harus satu persatu mendata dan menyelesaikan masalah ini," kata dia.

Herry berjanji pembangunan perpustakaan SDN itu akan diprioritaskan pada tahun depan. Anggaran pembangunannya bisa dianggarkan pada APBD 2014. Selain perpustakaan, menurut Herry, masalah di Depok bukan saja itu. Mereka juga harus merapikan lahan SDN yang saat ini masih sengketa. "Mana bisa sekaligus dikerjakan, karena sudah sejak dulu aset Pemkot Depok yang ditinggalkan Bogor bermasalah," kataya.


No comments:

Post a Comment