Tuesday, October 8, 2013

Waspada Boraks & Formalin Di Depok Dalam Jajanan Buah Hati

PARA orangtua sebaiknya lebih teliti memperhatikan jajanan yang dikonsumsi putra putri mereka. Sebab, jika jajanan tersebut mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya, dapat membuat tubuh anak rentan sakit bahkan dalam jangka panjang bisa menimbulkan penyakit kanker.
Di Depok, sebanyak 55 SD yang diambil sampel jajanannya, ternyata masih mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal itu diketahui dari hasil uji laboratorium IPB Bogor.

Dari hasil uji laboratorium tersebut menyebutkan bahwa pedagang yang berjualan jajanan mengandung formalin 30 sekolah. Kemudian boraks 27 sekolah, pewarna tekstil 12 sekolah, dan pemanis buatan atau siklamat 41 sekolah. Selanjutnya mengandung bakteri e-coli 17 sekolah.

Pengambilan sample dilakukan dalam rentang waktu 13-27 Mei 2013. Kepala Seksi Pengawasan Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Kota Depok, Yulia Oktavia menjelaskan, pemeriksaan jajanan sekolah itu telah dilakukan sejak tahun 2006 dengan 72 sekolah. Kemudian dilanjutkan tahun 2007-2012 dengan setiap tahunnya 60 sekolah.

Artinya sudah 300 sekolah jajanannya telah diambil sample. Total jajanan yang sudah diambil samplenya sebanyak 372 sekolah. Sedangkan tahun 2013, pihaknya mengambil 55 sekolah atau 20 persen dari 372 sekolah. Ke-55 sekolah itu diambil kembali samplenya karena pedagangnya masih berjualan jajanan yang mengandung bahan berbahaya tersebut. Selain itu pedagangnya baru dan pedagangnya berganti jualan jenis jajanan.

"Pembinaan yang kami lakukan setidaknya membuat umumnya pedagang paham tentang bahan berbahaya. Dari 372 sekolah hanya 20 persen yang masih menggunakan. Itu pun kebanyakan pedagang baru. Kebanyakan masih menggunakan pemanis buatan yang melebihi takaran," tandasnya.

Menurut Yulia, meski pedagang itu melanggar UU No 7 tahun 1996 tentang namun pihaknya tidak memberikan tindakan represif melainkan persuasif. Pedagang tersebut akan terus dibina agar paham tentang bahan berbahaya itu yang jika dikonsumi akan menyebabkan kanker.

Peneliti senior dari Southeast Asia Food and Agriculture Science and Technology Center IPB Bogor, Rizal Syarief mengatakan sejak dilakukan pemeriksaan, pedagang yang menggunakan bahan berbahaya di Depok menurun. Salah satunya dalam penggunaan pewarna tekstil pada makanan sudah tak ditemukan.

"Tahun ini aja sudah tidak ada yang menggunakan pewarna tekstil, biasanya kalau ada sirup yang warnanya merah atau warna warni kami langsung teliti, tetapi rodhamin atau methanil yellownya sudah tak ditemukan lagi," paparnya.


No comments:

Post a Comment