Sunday, October 6, 2013

26 Situ di Depok Rawan Penyakit DBD

Sebanyak 26 Situ di Kota Depok rawan penyakit malaria dan DBD. Hal itu diungkapkan pakar lingkungan Universitas Indonesia (UI) Ratoen Waryono.
Selain rawan longsor, Situ yang dulu terkenal memiliki kekayaan sebagai daerah resapan air dan ruang terbuka hijau (RTH) kini berubah fungsi menjadi kaveling atau perumahan, dan rawan malaria dan DBD.
Ia mengusulkan 26 situ yang rawan longsor dan malaria serta DBD harus mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Depok, Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Pekerjaan Umum, karena kondisinya makin tidak terawat.

Pemerintah Pusat, kata dia, harus mengeluarkan peraturan untuk melindungi Situ di Kota Depok sehingga tidak beralih fungsi menjadi kaveling dan perumahan baru. Apabila peraturan pemerintah tidak dibuatkan melindungi Situ, maka akan terjadi krisis resapan air dimana jumlah Situ yang ada di Kota Depok akan menjadi sasaran untuk pembangunan rumah baru, seiring bertambahnya jumlah penduduk.

Di Kota Depok, sudah banyak Situ yang dulu terkenal memiliki kekayaan resapan air berubah fungsi menjadi kavling dan perumahan baru. Pokoknya, hampir setiap Situ mengalami penurunan luas karena dijadikan permukiman setiap tahunnya.

Tak ayal lagi kebutuhan akan tanah permukiman terus meningkat, sehingga Situ-Situ yang ada di Kota Depok menjadi daratan yang diatasnya berdiri bangunan-bangunan. Anehnya, Situ-Situ yang merupakan milik Pemerintah justru sudah bersertifikat hak milik perorangan.

Karena itu Pemerintah harus pikirkan bagaimana cara terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Tentunya harus sadar bahwa akan timbul krisis resapan air apabila Situ yang tendon air sebagai penghasil air terus berkurang luasnya.

Semakin berkurangnya are Situ karena beralih fungsi menjadi permukiman tidak hanya terjadi di satu Situ di Kota Depok, tetapi diseluruh Situ di Kota Depok. Alangkah baiknya pemerintah mengeluarkan peraturan untuk melindungi area Situ agar tidak beralih fungsi menjadi permukiman.

26 situ di Kota Depok seluas 153 hektar berkurang ‘ bahkan’ dua situ yaitu situ Pasir Putih di Kecamatan Sawangan yang memiliki luas 8 hektare dan situ Krukut di Kecamatan Limo memiliki luas 9 hektare hilang. Kalau tidak ditertibkan, maka situ-situ makin lama habis dan daerah hilir seperti Daerah Khusus Ibukota dan sekitarnya tenggelam kalau musim banjir.

Warga Depok yang berdiam di sekitar 26 kawasan situ, berharap, rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan yang aman dan bersih serta bebas nyamuk. Sehingga pasien atau keluarga yang menunggu mendapatkan pelayanan kesehatan.

"Kita tau sendiri nyamuk inikan ada yang dapat menyebabkan malaria dan DBD, kita tak tau nyamuk ini nyamuk apa. Kalau ini nyamuk yang bisa menularkan penyakit, kan berbahaya bisa menambah penyakit baru," ungkap Destika, 24, ibu perumah tangga, kemarin

Menurut dia, beberapa warga termasuk dua anak balitanya kini terserang malarian dan DBD yang berasal dari situ di dekat tempat tinggalnya di Kampung Babakan Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

“Musim saat ini kan, adalah musim kemarau. Yang namanya musim kemarau jentik-jentik nyamuk DBD berkembang biak hingga akhirnya menyerang warga dengan gigitannya,“ ujar Destika yang ditemui di Rumah Sakit Sentra Medika Jalan Raya Jakarta-Bogor mengobati kedua putra putrinya.

Hal senada juga tuturkan Rahmat, 40, warga kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos ini juga mengaku resah dan khawatir pasien yang berharap sembuh justru bertambah sakit, atau keluarga pasien yang semula sehat justru bisa dirawat akibat tidak terawatnya situ-situ.

"Banyak sekali nyamuknya, coba saja duduk- duduk pasti ada nyamuk yang mengigit. Apalagi malam hari akan lebih banyak," papar Rahmat.


No comments:

Post a Comment