Sunday, October 6, 2013

Terungkap, Pendemo Lurah Susan Ternyata Warga Depok

Demo penolakan Lurah Susan Jasmine (43 tahun) di Lenteng Agung diduga ditunggangi kepentingan pihak-pihak tertentu. Pemerintah Kota Jakarta Selatan yang melakukan pengusutan menemukan bahwa demo tersebut dimobilisasi dari luar wilayah kelurahan.
Pengunjukrasa yang mengklaim masyarakat Betawi asli, dan tinggal di Lenteng Agung ternyata kebanyakan adalah warga Depok.

“Mereka bukan tinggal di Lenteng Agung. Kalaupun dia tinggal di sana (Lenteng Agung), tapi KTP Depok tetap saja hitungannya bukan warga sana,” kata Kristianto, Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Pemerintah Kota Jakarta Selatan, Rabu (2/10) kemarin.

Memang jumlah warga Betawi asli yang mendiami Lenteng Agung masih banyak. Namun karakteristik penduduk di kelurahan itu juga sudah majemuk, terdiri dari banyak agama dan suku.

“Banyak warga Betawi, tapi jumlahnya belum diinventarisasi,” kata Kristianto.

Isu SARA yang beredar di masyarakat Lenteng Agung memang menjadi motor yang dimanfaatkan pihak-pihak tertentu. Adanya provokasi, ditambah mobilisasi warga dari luar Lenteng Agung membuat kisruh di wilayah tersebut tak kunjung selesai.

Padahal menurut Kristianto tak ada perilaku Lurah Susan yang menyinggung masyarakat, dan menjadi alasan untuk menolak lurah hasil lelang jabatan itu.


Kalau alasan penolakannya semata-mata karena beda keyakinan, menurut dia itu bukan alasan kuat untuk memindahkan Lurah Susan.

Apalagi di Jakarta Selatan juga ada beberapa lurah non muslim yang ditempatkan di lokasi mayoritas muslim.

Seperti lurah Pejaten Timur Grace Tiaramudi, serta lurah Melawai, Anju Stovia Palemputra. Ketiganya adalah sebagian dari total 65 lurah yang berada di kota Jakarta Selatan.

“Enggak ada (menyinggung) makanya pak gubernur bilang enggak akan mau mencopot kecuali kalau nanti kinerjanya memang enggak bagus,” kata Kristianto.

Sementara Nasri Nasrullah yang mengaku sebagai Koordinator Forum Warga Lenteng Agung membantah telah menghasut warga lain untuk menolak Lurah Susan.

Menurut dia inisiatif menggelar unjuk rasa datang dari warga sendiri. Bahkan sejumlah warga ada yang pulang dari pengajian majelis taklim langsung ikut demo. Warga yang pulang dari majelis taklim itu sebagian besar adalah perempuan. “Mereka tanpa paksaan. Murni kemauan mereka ikut demo,” kata Nasri, Rabu (2/10) kemarin.

Dia menyayangkan proses lelang jabatan yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak melibatkan dialog dengan warga. Menurut Nasri dialog penting, terutama di Lenteng Agung yang mayoritas warganya beragama Islam.

“Harusnya kami di dengar dulu ingin itu ingin apa?. Banyak warga yang tanya-tanya sejak lama sebelum proses lelang itu,” kata Nasri.

No comments:

Post a Comment