Friday, September 20, 2013

"Mobil Murah, Diincar Kelas Menengah Untuk Berakhir Pekan "

Kehadiran mobil murah di Indonesia rupanya sangat dinanti masyarakat. Pro kontra antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta tak mempengaruhi minat warga memboyong mobil tersebut ke garasi mereka.
Agustina, 27 tahun misalnya. Bersama sang suami, karyawati swasta ini berencana memesan Toyota Agya di acara Indonesia International Motor Show (IIMS) ke 21 di Kemayoran, Jakarta Pusat. Pameran otomotif terbesar di tanah air ini sudah mulai dibuka Kamis kemarin.

Dia mengincar Toyota Agya karena harganya terjangkau, yakni antara Rp 99,9 juta hingga Rp 120 juta. “Tapi saya masih lihat dulu ini mobil murahan apa enggak, karena Rp 100 juta tu kan duit juga, jadi menurutku enggak bisa dibilang mobil murah kalau untuk kelas menengah ke bawah,” kata Agustina Kamis (19/9) kemarin.


Setelah tiga tahun menikah, Agustina mengaku merasa memerlukan sebuah mobil. Alasannya sederhana, “Nanti aku gunakan untuk kondangan, karena ribet kan mesti pakai baju kondangan terus naik angkot,” kata dia tertawa.

Selain itu, ia berharap jika nanti hamil ia juga tidak repot lagi mencari kendaraan umum saat kontrol ke dokter atau mau melahirkan. Bagi warga Bekasi yang sehari-hari beraktivitas di Jakarta ini, kemacetan khas ibu kota bukanlah penghalang untuk bisa punya mobil.

Dengan santai ia menjawab tidak takut terjebak macet. Triknya, kata dia, jangan tiap hari pakai mobil ke Jakarta, kalau enggak ya bisa stress . “Mobil itu rencananya enggak setiap hari aku pakai, lagipula nanti aku jadi penumpang saja, yang nyetir adik atau suami, jadi kalau macet aku tinggal tidur,” kata dia.

Tak hanya Agustina, Dea, 26 tahun warga Depok, Jawa Barat pun juga terpikat dengan mobil murah Agya. Bahkan sejak Oktober tahun lalu, meski belum resmi dikeluarkan, Dea sudah memesan mobil tersebut di dealer.

“Alasannya dulu sih faktor harga ya, karena murah. Udah gitu dia irit bahan bakar. Jadi sebenarnya beli mobil murah itu supaya mobilisasi jarak dekat enggak ngebebanin,” kata Dea.

Sama seperti Agustina, Dea juga mengaku hanya akan menggunakan mobil tersebut pada akhir pekan saja. Itu pun untuk jarak dekat, seperti ke gereja atau mal dekat tempat tinggalnya. “Kita taulah kualitas mobil murah itu gimana, joknya tipis, bodynya juga tipis,” kata dia.

Menyadari kondisi jalanan Jakarta yang sudah makin padat, Dea juga tak mau menggunakan mobil tersebut ke tempat kerjanya. Bagi lebih memilih naik commuterline saat berangkat kerja.

“Sebagai pengendara mobil murah itu ngebantu banget, biaya jadi murah. Tapi sebagai orang yang kerja di Jakarta, gua enggak setuju sama mobil murah karena menuh-menuhin jalan,” kata Dea.

Baik Dea maupun Agustina sepakat bahwa hadirnya mobil murah sangat membantu masyarakat kelas menengah. “Untuk pembeli mobil pertama, Agya yang paling mendekati untuk dimiliki, kecuali kalau pabrikan lain seperti Chevrolet Spin atau Nissan Livina bikin penawaran menarik,” kata Agustina.

No comments:

Post a Comment