Seiring dengan melonjaknya harga kedelai
impor, maka harga tempe dan tahu pun ikut melonjak naik. Hal tersebut
bahkan sampai menyebabkan para pedagang demo menuntut pemerintah untuk
menurunkan harga kedelai, selain itu mereka juga melakukan aksi mogok
berjualan selama tiga hari mulai hari Senin kemarin.
Menanggapi hal tersebut Martin Martinho,
selaku Kasi Promosi dan Perdagangan Luar Negeri Disperindag Kota Depok
menghimbau agar masyarakat bisa menanggapi hal tersebut dengan cerdas.
Beliau mengajak masyarakat agar dapat mencari lauk alternatif untuk
mengganti tempe dan tahu.
“Melonjaknya harga tahu dan tempe,
masyarakat harus pintar mencari lauk alternatif, mengganti tempe dan
tahu dengan makanan yang lain seperti jagung,” ujar Martin.
Seperti diketahui harga kedelai naik
karena dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan
ketergantungan terhadap kedelai impor. Harga bahkan melonjak cukup
drastis dari Rp 8.000 per kilogram (kg) saat ini mencapai Rp 12.000 per
kg di Pasar Agung Depok.
“Depok ini bukan daerah penghasil
kedelai, para pedagang membeli stok kedelai dari pasar induk dan
distributor lain di Jakarta, Bandung dan Bogor,” jelas Martin.
Martin juga menambahkan bahwa bahan
kedelai stoknya tidak habis hingga harganya melonjak, namun lonjakan
harga memang karena bahan baku pembuat tempe dan tahu tersebut memang
merupakan barang impor.
“Tempe itu kan makanan tambahan, jadi
masyarakat harus cerdas mencari altenatif lainnya. Beda halnya jika
harga cabai atau bawang yang naik, masyarakat jelas kesulitan mencari
pengganti bawang atau cabai,” lanjut Martin.
Sementara itu sejumlah pedagang tahu dan
tempe mengaku tingginya harga kedelai membuat harga tempe dan tahu
terpaksa ikut dinaikkan. Menurut Adi salah seorang penjual, tempe yang
biasanya dijual dengan harga Rp 2 ribu, kini harus dijual Rp 2.500 per
potong. Itupun ukurannya diperkecil.
Sumber : http://www.depok.go.id/13/09/2013/10-ekonomi-kota-depok/harga-kedelai-naik-disperindag-himbau-warga-mengkonsumsi-pangan-alternatif
No comments:
Post a Comment